Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

"Sedekah,infaq itu harus seperti orang buang air besar"

Assalamu'alaikum
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Langkah-langkah Dalam Evaluasi Hasil Belajar

a) Menyusun Rencana Hasil Evaluasi Belajar
Rencana evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi, yaitu matriks yang menggambarkan keterkaitan antara behavioral objectives (kemampuan yang menjadi sasaran pembelajaran yang harus dikuasai mahasiswa) dan course content (materi sajian yang dipelajari mahasiswa untuk mencapai kompetensi) serta teknik evaluasi yang akan digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan kompetensi oleh mahasiswa.

b) Menghimpun Data
Pengumpulan data atau informasi dalam bentuknya adalah pelaksanaan testing/penggunaan instrumen evaluasi harus dilaksanakan secara obyektif dan terbuka agar diperoleh informasi yang sahih dan dapat dipercaya sehingga bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran.Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan satu kompetensi dasar dengan maksud dosen dan mahasiswa memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar

c) Melakukan Verivikasi Data
Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan maka data tersebut harus dilakukan verifikasi yaitu pembuktikan kebenaran atau untuk menentukan atau menguji akurasi.

d) Mengolah dan Menganalisis Data

e) Memberi Interpretasi Dan Menarik Kesimpulan
Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil belajar mahasiswa, yaitu penguasaan kompetensi; sedang interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil belajar mahasiswa. Analisis dan interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan penentuan capaian penguasaan kompetensi oleh setiap mahasiswa. Pemberian skoring terhadap tugas dan/atau pekerjaan mahasiswa harus dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi serta dilaksanakan secara obyektif. Untuk menjamin keobyektifan skoring dosen harus mengikuti pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan

f) Tindak lanjut Hasil Evaluasi
Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan interpretasi. Sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi pemebelajaran itu sendiri. Tindak lanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran. Tindak lanjut berkenaan dengan evaluasi pembelajaran menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang digunakan meliputi tujuan, proses dan instrument evaluasi hasil belajar.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Guru Sebagai Pengelolaan Kelas

Wilford A. Weber (James M. Cooper, 1995230) mengemukakan, pengelolaan kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks di mana guru menggunakannya untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien.Guru sebagai pengelola kelas (manajer) merupakan seorang pemimpin yang mempunyai peranan yang strategis, yaitu seseorang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas, seseorang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek, yaitu siswa, seseorang yang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul.
Guru sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa. Sebagai menager guru memiliki empat fungsi umum, yaitu:
1. Merencanakan tujuan belajar. Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang sangat penting bagi seorang manajer. Kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan diantaranya memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus, menentukan topik yang akan dipelajari, mengalokasikan waktu, serta menentukan sumber yang diperlukan. Melalui fungsi ini guru berusaha menjembatani jurang dimana murid berada dan kemana mereka harus pergi. Keputusan semacam ini menuntut kemampuan berpikir kreatif dan imajinatif.
2. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar. Fungsi pengorganisasian melibatkan penciptaan secara sengaja suatu lingkungan pembelajaran yang kondusif serta melakukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka mewujutkan tujuan program pembelajaran yang telah direncanakan.
3. Memimpin yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Fungsi memimpin adalah fungsi yang bersifat pribadi yang melibatkan gaya tertentu. Tugas memimpin adalah berhubungan dengan membimbing, mendorong, dan mengawasi siswa sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4. Mengawasi segala sesuatu apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaiaan tujuan. Fungsi mengawasi bertujuan untuk mengusahakan peristiwaperistiwa yang sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam batas-batas tertentu fungsi pengawasan melibatkan pengambilan pengawasan yang terstruktur, walaupun proses tersebut sangat kompleks.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Komunikasi Antara Guru Dengan Siswa

Pengajaran pada dasarnya merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara guru dengan siswa melalui kegitan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yakni kegiatan belajar siswa dengan kegiatan mengajar guru. Belajar pada hakikatnya adalah usaha yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melalukan berbagai kegiatan belajar sebaik mungkin. (Effendi, 1998:43).
Usaha untuk mencapai interaksi belajar mengajar sudah barang tentu harus adanya komunikasi yang jelas antara guru ( pengajar ) dengan siswa (pelajar) sehingga terpadunya dua kegitan yakni kegiatan mengajar (usaha guru) dengan kegiatan belajar (tugas siswa) yang berdaya guna dalam mencapai pengajaran. (Effendi, 1998: 21).
Sering kita jumpai kegagalan pengajaran disebabkan lemahnya sistem komunikasi, untuk itulah guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar. Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa yaitu:
1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah.
Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi misalnya guru menerangkan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah, sementara siswa mendengarkan keterangan dari guru tersebut.
2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah.
Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama, yakni pemberi aksi dan penerima aksi sehingga keduanya dapat saling memberi dan menerima. Misalnya setelah guru memberikan penjelasan pelajaran kepada siswanya, kemudian guru memberi pertanyaan kepada siswanya dan siswa menjawab pertanyaan tersebut.
3. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi.
Komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antar guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainya. Misalnya guru mengadakan diskusi dalam kelas. (Effendi, 1998:32-34).
Dengan adanya pola tiga komunikasi yang jelas dari komunikator kepada komunikan diharapkan dapat memperlancar proses kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kebebasan Merupakan Unsur Penting Dalam Lingkungan Belajar

Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar mahasiswa mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong mahasiswa untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. Itulah sebabnya, mengapa setiap mahasiswa perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya.

Prakarsa mahasiswa untuk belajar (the will to learn) akan mati bila kepadanya dihadapkan pada berbagai macam aturan yang tak ada kaitannya dengan belajar. Banyaknya aturan yang seringkali dibuat oleh dosen dan harus ditaati oleh mahasiswa akan menyebabkan mereka selalu diliputi rasa takut dan sekaligus diselimuti rasa berdosa. Lebih jauh lagi, mereka akan kehilangan kebebasan berbuat dan melakukan kontrol diri.

Apa yang terjadi bila mahasiswa selalu dikuasai oleh rasa takut? Mereka ini akan mengembangkan pertahanan diri (defence mechanism), dan karena itu, yang dipelajari mahasiswa bukanlah pesan-pesan pendidikan, tetapi cara-cara mempertahankan diri untuk mengatasi rasa takut. Mahasiswa yang mengalami hal seperti ini tidak akan mengalami growth in learning, dan akan selalu menyembunyikan ketidak- mampuannya.

Di samping “kebebasan”, hal penting yang juga dapat menumbuhkan the will to learn adalah realness; sadar bahwa mahasiswa mempunyai kekuatan disamping kelemahan, mempunyai keberanian di samping rasa takut dan rasa cemas, bisa marah disamping juga bisa gembira. Realness bukan hanya harus dimiliki oleh mahasiswa, tetapi juga oleh semua orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.

Lingkungan belajar yang bebas dan yang didasari oleh realness dari semua pihak yang terlibat akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar. Belajar akan dilihat sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan dan menggairahkan. Oleh karena itu, bimbinglah mahasiswa mengembangkan sikap dan persepsi yang positif agar ia betah dan memperoleh kenikmatan dalam belajar. Mahasiswa yang merasa tidak nyaman berada di dalam suatu lingkungan belajar (kelas), umpamanya, tidak akan sepenuhnya terlibat dalam kegiatan belajar. Demikian pula, bila mahasiswa tidak memiliki sikap yang positif terhadap tugas-tugas belajar (umpamanya, pekerjaan rumah) tidak akan mengerahkan semua usahanya untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Atas dasar ini, maka upaya pendahuluan yang harus dikerjakan oleh dosen agar pembelajaran menjadi efektif adalah mengembangkan sikap dan persepsi yang positif tentang belajar.

Ketiga hal ini (kebebasan, realness, dan sikap serta persepsi yang positif terhadap belajar) menjadi modal dasar untuk memunculkan prakarsa belajar. Tanpa sikap dan persepsi yang positif belajar mungkin tidak akan pernah terjadi. Tanpa realness mungkin perlakuan-perlakuan dosen terhadap mahasiswa tidak menimbulkan rasa aman. Demikian pula, tanpa kebebasan mahasiswa tidak akan dapat belajar dengan caranya yang terbaik.

Di samping untuk menumbuhkan prakarsa belajar, penataan lingkungan yang memberi kebebasan untuk berbuat dan melakukan pilihan juga sangat penting untuk mengembangkan kemampuan mental yang kreatif-produktif. Suatu kemampuan yang memungkinkan seseorang dapat belajar dengan caranya sendiri tentang apa yang ia ingin pelajari. Kemampuan mental yang kreatif-produktif dapat terbentuk secara optimal hanya apabila mahasiswa mendapat kebebasan yang cukup untuk bertindak secara mandiri tanpa dikekang oleh aturan-aturan yang tak ada kaitannya dengan belajar.

Suatu pemikiran yang kelihatannya mudah dan gampang untuk dibicarakan, tetapi sangat sulit untuk dioperasionalkan. Agar terjadi perubahan pada tingkat operasional, maka perlu ada perubahan persepsi yang memadai dari semua fihak yang menaruh perhatian pada upaya ini. Perubahan persepsi tentang arah dan pola tujuan pendidikan menuju ke penumbuhan dan pengembangan pribadi yang mampu “hidup” di era yang sangat berbeda dengan era yang kita jalani sekarang ini. Perubahan persepsi tentang bagaimana menata lingkungan agar belajar bukan lagi dilihat sebagai aktivitas yang membosankan dan menyakitkan, tetapi aktivitas yang menggairahkan dan menyenangkan. Dengan demikian, aktivitas belajar akan dirindukan setiap orang karena aktivitas ini akan memberikan rasa nyaman, betah, dan sekaligus suka cita.

Sumber: https://hafismuaddab.wordpress.com/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Metode-Metode Pembelajaran

1. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
2. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
3. Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
4. Metode belajar kooperatif
Dalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.

5. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.
6. Metode ekspositori atau pameran
Metode ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.
7. Metode karyawisata/widyamisata
Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.
8. Metode penugasan
Metode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
9. Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
10. Metode bermain peran
Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Konsep Pembelajaran Menurut Berbagai Aliran

1. Pembelajaran menurut Aliran Behavioristik. Langkah-langkah pembelajaran :
a. Menentukan tujuan instruksional.
b. Menganalisis lingkungan kelas termasuk identifikasi entry behavior peserta didik.
c. Menentukan materi pelajaran
d. Memecahkan materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil.
e. Menyajikan materi pelajaran
f. Memberikan stimulus yang mungkin berupa, pertanyaan, pelatihan dan tugas-tugas.
g. Mengamati dan mengkaji respon peserta didik.
h. Memberikan penguatan (mungkin positif atau negative)
i. Memberikan stimulus baru.

2. Pembelajaran menurut Aliran Kognitif.
 Tiga prinsip utama pembelajaran menurut Jean Piaget :
1. Belajar aktif
2. Belajar lewat interaksi sosial
3. Belajar lewat pengalaman sendiri
 Empat hal pokok penting yang perlu diperhatikan dalam belajar menurut J.A. Brunner:
1. Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar.
2. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal.
3. Perincian urutan penyajian materi pelajaran.
4. Cara pemberian penguatan.
 Empat prinsip pembelajaran menurutt David Ausubel :
1. Kerangka cantolan ( Advance Organizer )
2. Diferensiasi progresif
3. Belajar superordinat
4. Penyesuaian integratif

3. Pembelajaran menurut Aliran Humanistik.
Filsafat pendidikan humanistik sangat mementingkan adanya kemerdekaan dan tanggung jawab. Maka tujuan pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia agar manusia mampu mengaktualisasikan dirinya dengan sebaik-baiknya. Prinsip yang tampak dalam kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran humanistic cenderung mendorong anak untuk berfikir induktif, karena mementingkan factor pengalaman dan keterlibatan aktif dalam proses belajar.

4. Pembelajaran menurut Aliran Kontemporer.
Pembelajaran teori kontemporer sendiri merupakan pembelajaran berdasarkan teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme berpegang kepada pandangan keaktivan peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman belajar yang diperoleh.maka dalam kaitan ini, pengajar dan peserta didik sama-sama aktif, peserta didik aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pengajar sebagai fasilitator.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hak Memperoleh Pendidikan Bagi Setiap Individu

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap individu. Karena dengan pendidikan setiap orang mempunyai peluang yang besar untuk memperbaiki kesejahteraan hidupnya. Bahkan memperoleh pendidikan secara utuh dan menyeluruh menjadi suatu hak bagi setiap individu.

Mahalnya biaya pendidikan merupakan salah satu penyebab besarnya angka putus sekolah di Indonesia namun, hal itu bukan satu-satunya fackor penyebab tingginya angka putus sekolah. Jika sudah ada kebijakan pendidikan yang murah dan gratis, maka faktor-faktor lain yang menjadi penyebab putus sekolah juga harus disentuh, sebab akan menjadi mubazir jika pemerintah dapat menyediakan sekolah murah dan gratis, tapi belum tentu menjadi jaminan masalah anak putus sekolah bisa teratasi jika faktor-faktor lainnya tak teratasi. Diharapkan tidak hanya dari pihak pemerintah saja yang berupaya mengatasi permasalahan ini. Dari keluarga dan seluruh lapisan masyarakat diharapkan juga dapat ikut berpartisipasi dalam mengatasi permasalahan ini. Karena Negara yang maju ditentukan dari Sumber Daya Manusia rakyatnya.

Pendidikan murah atau gratis yang banyak diwacanakan dan diinginkan kalangan masyarakat, memang akan menolong jika ditinjau secara faktor ekonomi, namun kebijakan ini harus juga ditunjang dengan kebijakan yang lain untuk menuntaskan faktor-faktor penyebab putus sekolah lainnya. Karena faktor ekonomi bukan penyebab satu-satunya putus sekolah yang masih tinggi.

Karena masih banyak orang tua yang memiliki pola pikir bahwa pendidikan itu dianggap kurang penting, kemudian juga setengah memaksa anaknya membantu mencari nafkah, seperti di daerah pedalaman yang masyarakatnya hidup menggarap lahan pertanian dan jauh dari jangkau fasilitas pendidikan, atau di daerah kepulauan yang anak-anaknya terpaksa ikut melaut , ini harus ditangani.

Maka agenda lain yang tak kalah pentingnya, bahkan termasuk sangat penting dalam upaya menekan angka anak putus sekolah adalah mengubah pola pikir yang menganggap enteng pendidikan, dan menanamkan pola pikir baru kepada para orang tua bahwa pendidikan itu penting. Sosialisasi atau proses penyadaran ini harus terus dilakukan secara intensif dan dengan melibatkan setiap elemen masyarakat dengan sasaran para orang tua peserta didik. Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak bangsa sekaligus merupakan agenda penyadaran di kalangan orangtua bahwa pendidikan sangat penting untuk bekal masa depan anak.

Upaya lain yang dapat ditempuh adalah dengan:
1. Meningkatkan motivasi masyarakat akan pentingnya pendidikan.
2. Memeratakan sarana dan prasarana penunjang berlangsungnya pendidikan di setiap daerah.
3. Memperbanyak atau meningkatkan pemberian beasiswa kepada siswa dari keluarga dengan ekonomi rendah
4. Lebih gencar mensosialisasikan program sekolah gratis tingkat SD dan SMP.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Merenungi Guru Sebagai Profesi

Permasalahan pendidikan bukanlah permasalahan satu arah tetapi melibatkan banyak komponen yang selalu terkait satu sama yang lain seperti siswa,guru,orang tua, masyarakat, kebijakan pemerintah, politisi, fasilitas.

Maka untuk melihat permasalah itu kita perlu melihat sistemnya, saat ini satu persatu permasalahan itu sudah mulai dibenahi salah satunya adalah dengan program sertifikasi guru dengan sertifikasi diharapkan kemampuan/kualitas guru akan meningkat seiring dengan reward yang diberikan pemerintah terhadap kemampuan mereka, ditengah keringnya penghargaan terhadap “Pahlawan tanpa jasa” ini seperti setitik air ditengah gurun pasir yang luas, walapun sampai saat ini belum terealisasi sepenuhnya tetapi kita harus tetap optimis untuk program ini.

Banyak faktor yang sangat menentukan dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan seperti tenaga pendidik, siswa, tenaga kependidikan, fasilitas pendukung pendidikan lainnya, sebaiknya upaya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan ini dilakukan secara terprogram dan terintegrasi yang memperhatikan semua komponen pendidikan tersebut.

Guru sebagai Salah satu Kunci sukses pendidikan (key Success Factor) yang sangat dominan dan memiliki pengaruh serta peranan yang sangat strategis tugasnya terhadap peningkatan mutu pendidikan ini dapat dilihat dari kinerja guru dalam menjalankan tugas-tugasnya, apabila anak didik dididik oleh guru-guru yang kompeten maka kemungkinan besar anak didik akan berhasil dalam pendidikannya.
seperti yang diungkapkan Supriadi (1998:15) ”Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan”, maka guru sebagai ujung tombak pendidikan tersebut perlu diperhatikan upaya-upaya peningkatan kinerjanya, seperti peningkatan taraf kesejahteraan dengan peningkatan gaji, tunjangan, kenaikan pangkat, peningkatan mutu akademik melalui pendidikan dan pelatihan, ruang kreativitas, perlindungan hukum terhadap profesi, Fasilitas kerja yang mendukung kenyamanan bekerja seperti kantor yang nyaman, penghargaan, dan memberikan peluang bagi guru untuk berkarir. Sampai saat ini komitmen untuk meningkatkan kinerja guru dengan berbagai program belum mampu untuk meningkatkan kinerja guru secara signifikan. Ini dapat dilihat dari program yang ada yang sampai saat ini belum menyentuh keadaan guru yang sebenarnya. Pengamatan selama ini memberikan kesan belum semua orang mengetahui, menyadari, dan mempunyai komitmen untuk meningkatkan kehormatan dan mutu guru.

Mengingat peranan strategis guru dalam setiap upaya peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan sangat penting maka dibutuhkan pemahaman yang baik dan benar dari guru terhadap profesinya sehingga proses dan hasil dari pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal karena dengan perubahan kurikulum, penerapan metode mengajar yang baru, pengelolaan sarana dan prasarana akan berdaya guna apabila didukung oleh guru yang profesional.

oleh:
Don Juano Tambunan,
Mahasiswa S2 Unimed

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MEMBAHAGIAKAN DIRI

Pernahkah Anda sekedar membaca sebuah puisi, Karena Ayahku yang ditulis Inayah Wulandari Wahid, putri keempat Gus Dur:

Kalau Aku adalah Orang Yang Peduli Karena Ayahkulah Yang Mengajari
Kalau Aku adalah Orang Yang Toleran Karena Ayahkulah Yang Mencontohkan
Kalau Aku adalah Orang Yang Penuh Cinta Kasih Karena Ayahkulah Yang Memberi Tanpa Pamrih
Kalau Aku Adalah Orang Yang Rendah Hati Karena Ayahkulah Yang Menginspirasi
Kalau Aku Menulis Puisi Ini Karena Ayahkulah Segalanya yang Berarti
Puisi indah yang bernuansa spiritual dan polos, yang menjadi bukti kedalaman kecintaan seorang anak pada ayahnya dan dibacakan usai acara tahlilan hari ke-7 Gus Dur.

Atau Anda pernah sekedar membaca sebuah karya Dety Anggraeny, yang menulis puisi untuk anak didiknya:
Aku adalah seorang guru, kata orang yang digugu dan ditiru. Dulu aku seorang guru yang tak tahu apa-apa, yang kutahu hanya mengajar tanpa harus banyak belajar. Ditengah-tengah ketidaktahuanku aku menemukan guru yang amat luar biasa, mereka adalah murid-muridku.
Murid-muridku adalah guru yang tidak pernah memarahiku, kesalahan apapun yang aku perbuat dengan sabar mereka membimbingku menjadi guru yang bijaksana.
Murid-muridku adalah guru yang selalu menghiburku, sesedih apapun perasaanku akan hilang bila bersama mereka. Aku selalu dihibur dengan tawanya yang riang, dengan sikapnya yang lucu sehingga aku menjadi guru yang periang.
Apabila aku tidak menguasai pelajaran aku selalu dibimbing agar aku bersemangat untuk terus berusaha tanpa pernah mereka mengkritik aku dengan kata-kata yang pedas, murid-muridku adalah guru yang mengerti akan keterbatasanku.
Bila aku kehilangan ide-ide merekalah inspirasi bagiku, mereka memberikanku energi yang luar biasa dalam berkreasi. Sikapnya, celetukannya, gurauannya, dan kesedihannya adalah bagian dari pelajaran yang mereka berikan kepadaku sehingga aku menjadi guru penuh inspirasi.
Murid-muridku juga mengajarkan bagaimana caraku berbusana yang pantas layaknya sebagai guru, sehingga aku menjadi guru yang enak untuk dipandang.
Dari cerita-cerita mereka akupun belajar menjadi orang tua yang bijaksana dan menjadi orang tua yang diimpikan oleh anak-anakku.
Murid-muridku adalah guru yang luar biasa bagiku. Semoga ilmu yang mereka berikan padaku terus mengalir sebagai bekal kelak nanti dihadapan Sang Maha Pencipta, aamiin
Aku persembahkan tulisan ini untuk semua murid-muridku

Sungguh akan menjadi hal yang sangat dramatis atau bahkan mengharukan apabila suatu ketika guru dan siswa dapat menyampaikan perasaannya secara terbuka. Dari dua puisi ini, kita belajar bahwa kesan terdalam lahir dari sebuah intensitas dan keteladanan. Bagaimana menjadi baik bukan berasal dari penilaian pribadi tetapi ungkapan orang lain atas apa yang telah dilakukannya. Hal ini tentunya berlaku sama bagi kita sebagai guru yang setiap hari berinteraksi dengan siswa di kelas.

Murid adalah tempat guru belajar untuk lebih manusiawi. Belajar untuk menghargai bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda. Sehingga kebenaran yang selama ini secara tidak langsung ada pada guru, akan bersifat relatif karena berhadapan dengan dimensi pribadi siswa yang beragam. Penilaian baik atau tidaknya seorang guru mengajar, jelas atau tidaknya seorang guru menjelaskan, semua hadir dari cermin seorang siswa. Dimata setiap siswa kita-lah, sebenarnya arti kebermaknaan profesi kita sebagai seorang guru.

Betapa tanpa kita sadari mereka merekam setiap tindakan, perasaan dan ucapan yang kita lakukan. Terkait dengan ini Fater Van Kolvenbach pernah mengingatkan kita semua bahwa siswa tidak akan mengingat dengan baik apa yang telah diajarkan oleh guru, melainkan akan mengingat dengan benar apa yang telah mereka lakukan. Dalam pernyataannya, Fater Van Kolvenbach ingin mengingatkan kita pada hal yang utama dari pendidikan disekolah, yakni keteladanan.

Menurut istilah john locke (tabularasa), bayi itu dilahirkan bagaikan papan kosong ia akan meniru atau belajar apa yang ditanamkan orang tuanya atau lingkungannya. Dalam hal ini orang tua adalah guru yang pertama, sedang para guru adalah guru yang kedua. Kedua-duanya memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter pribadi dari sebuah keteladanan diri. Disinilah arti sebuah simbiosis mutualisme (hubungan yang saling menguntungkan) perlu terjalin antara orang tua dan guru, dalam mendidik siswa.

Ing Ngarso Sung Tuladha, demikian Ki Hajar Dewantara menyebutnya dan sekaligus menempatkannya sebagai komponen pertama dari dasar pedagogik Taman Siswa. Beliau tahu benar betapa keteladanan tidaklah dapat kita temukan ditumpukan buku-buku pedagogik, tetapi keteladan lahir dari kejujuran seorang pribadi. Oleh karena itu, seorang guru harus jujur dengan dirinya, menerima dengan rela profesinya, meski dia berjuang ditengah ketidakjujuran pemerintah. Ketidakjujuran untuk mengakui bahwa pemerintah belum dapat memberikan pendidikan yang sama untuk semua anak. Ketidakjujuran untuk mengakui bahwa pemerintah belum dapat memberikan penghargaan setinggi-tingginya untuk seorang guru. Ketidakjujuran untuk mengakui bahwa pemerintah belum dapat memberikan kebahagiaan yang nyata dihati setiap guru. Kebahagiaan yang tidak sebatas sertifikasi tetapi kepastian bahwa guru tidak akan merisaukan nasib diri dan keluarganya.

Untuk semua ini seorang guru harus mampu bahagia, baru kemudian memberikan keteladanan. Kebahagiaan akan melahirkan energi positif dan itu akan menular ke setiap hati anak didik kita. Apabila saat itu tiba akan terlahir puisi yang pasti akan lebih indah dari dua puisi diawal tulisan ini. Berbahagialah jika Anda seorang guru….

Sumber: https://hafismuaddab.wordpress.com/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS